Valencia Puncak Keterpurukan Yamaha

MotoGP Eropa (8/11), jadi akhir minggu yang jelek untuk Yamaha. Tidak saja dari team pabrikasi, celaka jua dirasakan penunggang asal team satelit. Bahkan juga, diperputaran agen togel terpercaya berikut pucuk kemerosotan mereka sampai pada akhirnya kehilangan momen merebutkan titel juara dunia MotoGP 2020.

Diawali dengan Maverick Vinales. Rider Monster Energy Yamaha mau tak mau start dari pit lane. Sangsi itu diberi sebab dia memakai mesin ke enam, yang berarti menyalahi peraturan peruntukan mesin. Walau telah menggunakan jantung teknisi baru, performa Vinales sejauh free practice sampai kwalifikasi juga tidak istimewa. Waktu catatan paling cepat di step persaingan perebutan starting grid, cuman sanggup meletakkannya di status 15. Tetapi, hal tersebut tidak punya pengaruh. Lanntaran pelanggaran barusan, Vinales masih start paling buncit.

Mesin baru itu juga dia mengaku tidaklah sesuai keperluan. Bukannya mendapatkan setting terhebat, mekanik dari kubunya malahan harus keluar karena terkena COVID-19. “Jujur, saya berasa aneh sebab begitu beberapa hal. Pertama mesin sebab sejauh musim saya berusaha dengan itu. Tetapi, ini bukan motor terhebat. Benar-benar tidak semua. Adakala di circuit dengan ban serta temperatur spesifik, performanya baik. Sebutlah saja di Misano serta Jerez. Tetapi, tersisa musim ini jadi mimpi jelek untuk kami. Cuman di sejumlah balapan saja saya tenteram, sesaat bekasnya tidak bersaing,” kata Vinales.

Dia jua meneruskan, masalah lain khususnya diperputaran pertama Valencia tempo hari muncul karena kehilangan orang utama di paddock. Kecuali seseorang teknisinya yang positif, 4 orang lain dari paddock-nya juga harus terpaksa jalani karantina mandiri (prosedur COVID-19). “Kami tidak punyai alternatif yang bagus. Karena itu, saya berasa sendirian. Kita pun tidak bisa melakukan perbuatan apa-apa sebab minimnya pengalaman serta info untuk mengganti motor,” lanjut rider Spanyol dari cuplikan Crashnet.

“Pada intinya, kami tidak alami peningkatan saat Misano serta makin susah. Membuat stress. Saya telah mengganti segala hal, tetapi tetap kondisinya masih sama. Apa yang saya kerjakan? Saya kurangi tingkat persaingan di track karena itu cuman akan membuat saya geram, berduka serta frustasi karena semua sesuatunya tidak tepat,” imbuhnya kembali.

Untung, di balapan keduabelas itu Vinales masih menyuap tiga point karena finish di posisi 13. Nasib apes malah dirasakan rekanan segrupnya, Valentino Rossi. Determinasi The Doctor harusnya mencapai puncak sesudah mangkir di dua balapan. Sayang, momen itu tersandung oleh motornya sendiri. Yamaha M1 kendaraannya mati mendadak di lap ke-5 MotoGP Eropa.

Kekesalan demikian dirasa rider 41 tahun. Dia bahkan juga memberi tanggapan ‘pedas’ karena ketidakberhasilan di seri pertama Valencia. “Mengagumkan sebab minggu kemarin Yamaha menag melalui Franco (Morbidelli). Tetapi, di Valencia kami benar-benar kesusahan memperoleh grip. Kondisinya tidak gampang, kami seperti tidak pahami mengenai ban. makin susah sebab ada juga masalag pada ketahanan mesin. Ini bukanlah akhir minggu yang bagus. Jadi, mereka harus pahami langkah untuk meningkatkannya,” papar Rossi.

Menyinggung mesin, Rossi berkata jika persoalan tidak cuman berada pada ketahanan. Mesin itu dia anggap kalah kuat saat hadapi track lempeng. Bahkan juga ia mengungkapkan bila peruntukan lima mesin satu musim buatnya, tidak cukup. “Kami terus lamban di trek itu. Disamping itu, watak (akselerasi) yang dahulu jadi point kuat Yamaha, saat ini nampaknya dikerjakan lebih bagus oleh mesin pabrikasi lain. Bila dipadukan, berikut bidang yang penting dinaikkan,” jelas pemilik nomor 46.

Catatan sedikit lebih bagus sesungguhnya diberi oleh Morbidelli. Anak didik Rossi dapat finish kesebelas di MotoGP Eropa. Walau juga ia dapat capai hasil lebih bagus. Diperputaran awalnya, rider Italia pernah berkompetisi di barisan depan dengan tempati status lima. Tetapi posisinya lagi turun di tengah lomba serta akhir.

Minimal lebih janjikan daripada Fabio Quartararo. Tidak hanya status start yang kurang untung, ia malahan jatuh saat balapan belum habis satu perputaran – persisnya di kelokan delapan Circuit Ricardo Tormo. Mujur rider Prancis bisa meneruskan balapan, walau hanya mendapatkan dua point (finish ke-14). Di klassemen dia masih menempati rangking dua. Tetapi, jarak dengan Joan Mir (Suzuki Ecstar) makin jauh. Kesempatan ini Mir sukses mencatatkan kemenangan pertama kalinya di MotoGP. Automatis juga mencatatkan 162 point atau tertaut 37 point dari Quartararo dengan 125 point yang dipunya.

Jarak berikut yang ditegaskan bawa Mir ke tahta juara dunia musim ini. Bukan mustahil juga Mir melipatgandakan menangnya diperputaran kelanjutan kelak. Seumpama juga ia cuman finish ke-2 , sesaat Quartararo menang, tetap rider Petronas Yamaha SRT tidak bisa memburu pencapaian angka joki sang joki muda Suzuki asal Spanyol. Pasti semuanya harus ditunjukkan kembali pada helatan selanjutnya, 15 November 2020.

By Preston

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!